Minggu, 10 Agustus 2014

Baik dan Terbaik



Disaat kita masih bisa tersenyum bahagia dengan harapan, kita sangat terbuai oleh harapan. Menikmati hari, sebenarnya hanya dengan harapan. Dikarenakan kita hanyut terbuai, jadi semua seakan indah, seakan akan tetap baik baik saja bahkan seakan hidup ini akan mengikuti keinginan kita. Kita lupa, setiap keputusan itu ada dua hal, yang baik dan yang terbaik. Kita hanya fokus ke yang baik saja tanpa memikirkan yang terbaik. Waktu siang, senja ke malam terbuang begitu saja. Kita berpikiran esok pasti tetap kan ada matahari yang menyinari hari-hari baik “dianggapnya”. Kita tidak memikirkan, bagaimana jika esok hujan? Akankah tetap ada matahari? Tentu tidak.
Lalu, apa yang akan kita lakukan? Tersenyumkah? Atau ikut menitikan air mata bersama hujan?
Kita kecewa? Ya pasti, tapi mungkin ini keputusan kedua, yang terbaik.
Kita sedih? Ya tentu, tapi jika ini terbaik, pasti ada hal yang bisa membuat lebih bahagia.
Kita sudah melakukan kesalahan, akankah kita melakukan kesalahan lagi?
Kita juga lupa, disaat kita ditempatkan dititik terendah, kita dimainkan seperti “per” yang ditekan rendah untuk meloncat lebih tinggi. Matahari yang hari ini tak datang, tidak akan berpengaruh dengan matahari dihari selanjutnya. Jadi, jangan mudah menentukan pilihan karena hanya melihat satu sisi atau satu sudut pandang.
Bisa saja, matahari dihari selanjutnya akan bersinar terang lebih dari hari-hari kemarin. Akan tetapi, bisa juga mataharinya tidak akan bersinar. Ingat, ini kemungkinan. Jadi, pasti ada hal yang baik dan hal yang terbaik. Hal yang kita anggap baik itu belum tentu jadi hal yang terbaik. Tetapi, hal yang terbaik, sudah pasti baik untuk kita.
Disaat kita sudah terlanjur ikut menitikan air mata bersama hujan, ada beberapa hal yang harus kita lakukan. Kita harus kembali membangun harapan, ingat persiapkan dengan kedua kemungkinan itu. Memang, dengan harapan kita bisa semangat kembali dan bisa tersenyum kembali. Tapi ingat, jangan terbuai lagi. Kita juga harus berhenti menitikan air mata dan memberi waktu kepada mata kita untuk beristirahat agar bisa melihat matahari esok hari. Jika kita bergantung pada seseorang, bayangkan, berapa orang yang dibutuhkan untuk menerbangkan sebuah kapal? Tetapi jika kita tidak bergantung kepada orang lain, kita dapat mengendalikan kapal sendiri, bayangkan, berapa orang yang dapat kita bawa terbang menggunakan kapal. Jadi, hal yang bisa diambil pelajarannya yaitu disaat kita jatuh, hanya diri sendiri yang dapat membangunkan kita sendiri. 9814

Tidak ada komentar:

Posting Komentar