Ya Rabb. Kini aku tahu dan mengerti siapa sahabat sejatiku.
Terima kasih telah menyadarkanku. Aku tertunduk di depanmu untuk bercerita.
Aku merasa kesal. Aku seperti dibawah tanah. Tak dimengerti.
Kau tahu oleh siapa? Tapi aku berharap, semoga pemikiranku ini salah. Aamiin.
Disaat aku bertanya, tetapi pertanyaan itu kembali kepadaku
seperti ada kaca yang membuat memantul. Dengan kebingungan, aku mengambil
keputusan. Kau tahu stetelah itu apa yang terjadi? Kaca itu pecah, menandakan
tak setuju. Ia menganggap ada jawaban yang lebih bijak. Ia hanya berbicara
dibalik kaca saja seperti bayangan. Ia seolah menyalahkanku. Memang
menyalahkanku. Aku tahu.
Aku kesal. Kalau sudah memiliki jawaban yang lebih bijak,
kenapa diam??????????????? Seolah-olah memberi hak kepadaku sepenuhnya.
Aku dianggap ‘dodol’.
Aku cerdas. Aku tegaskan, aku cerdas!